di dedikasikan kepada mereka yang dipenjara, diburu oleh polisi, dihukum dan digeledah, kepada para anarkis yang diserang oleh kekuatan Negara dan Kapital
Pada malam Kamis, 18 Juli 2012 kami menyerang dua bank di Frascati (Roma).
Dua botol molotov dan perangkat pembakar dilemparkan ke bangunan milik Unicredit dan BNL. Unicredit mengalami kehancuran total. Sebuah grafiti ditinggalkan bertuliskan “BUMI JAUH LEBIH BERHARGA DARIPADA UANGMU” dan sebuah lingkaran A.
Seperti yang diberitakan oleh ABC Berlin, bahwa dua anggota Revolutionary Struggle / Epanastatikos Agonas yaitu Nikos Maziotis dan Pola Roupa telah melarikan diri dan berada dalam persembunyian. Pelarian ini dilakukan bersama bayi laki-laki mereka yang bernama Victor Lambros.
Seperti diketahui, Maziotis dan Roupa bersama dengan Kostas Gournas ditahan sejak satu setengah tahun dan menjalani persidangan sejak Oktober tahun 2011 lalu karena didakwa terlibat dalam serangan-serangan terhadap properti kapital dan negara yang dilakukan oleh grup gerilya perkotaan bernama Epanastatikos Agonas / Revolutionary Struggle. Ketiganya kemudian mengeluarkan pernyataan bertanggung jawab dan dengan bangga mengaku sebagai anggota grup tersebut. Ketiganya kemudian dilepaskan sebelum kemudian harus menjalani persidangan lagi pada 11 Oktober mendatang.
[terkait mengenai belum tertangkapnya dia dan banyak hal terkait]
Kamerad dan teman-teman,
Saya sebenenarnya sangat ingin menulis surat lebih cepat, namun karena berbagai alasan yang ada hingga saya belum sempat melakukannya. Saya ingin mengirim salam hangat dan mengucapkan terima kasih kepada semua orang yang telah khawatir mengenai keadaan saya dan situasi yang sedang saya hadapi, kepada mereka yang telah menunjukkan solidaritas dengan Mario dan saya sendiri. Pada saat-saat sulit seperti ini sangatlah berarti memiliki orang-orang yang berdiri dalam solidaritas baik dekat maupun jauh, bahkan mereka yang bahkan tidak pernah bertemu saya secara langsung. Saya mengirimkan pelukan revolusioner untuk kalian semua.
Recently, 3000 victims of the mud volcano created by the Lapindo company’s drilling operations, whose homes were in the affected area, once again demonstrated their feelings outside the East Java Governor’s office in Surabaya. They were asking the provincial government to lend money to PT Minarak Lapindo Jaya so the company would be able to pay the compensation money it owed. The demonstrators came from places inside the designated affected zone, for example Renokenongo, Siring, Jatirejo and Glagah Arum villages in Porong district, and Kedungbendo and Ketapang in Tanggulangin District.
The Iban Dayaks from Semunying had always lived simply alongside their natural environment. Then in 2005 an oil palm plantation company appeared, wanting to take over the ancestral forest that had been the backbone of people’s livelihoods for generations.
One year previously the company had obtained permission from the regency government for a 20,000 hectare plantation in Jagoi Babang district. Included in the permit area were 1,420 hectares of land for which the Iban Dayaks were the customary landowners. At first, PT Ledo Lestari, a subsidiary company of Duta Palma Nusantara Group, only built a road which passed close to the ancestral forest. But as time passed, they continued to take more of the land, taking space from the people without permission and eventually clearing their ancestral forest.
