Sabtu, 2 Juni 2012
Surat ini aku tulis dari dalam sel isolasi; 30 hari terkurung dalam sel isolasi adalah harga yang harus ku bayar untuk penolakan menjual harga diri dan mematuhi penghinaan dari penggeledahan total tubuh, yang berlangsung selama 5 menit.
Aku tidak menyesali keputusan yang telah diambil. Aku tidak akan berkompromi dengan sipir penjara. Aku tidak akan menukar penolakan ini dengan ‘kehangatan’ sel standar dan ‘kebebasan’ diantara populasi penjara umum.
Kami ingin berbagi kabar menyenangkan. Bahwa proyek penerbitan koran perjuangan otonom –Serum, kembali terbit.
Serum diterbitkan dan didistribusikan secara otonom sebagai bagian dari perjuangan melawan kapitalisme dan otoritarianisme. Penerbitan ini bertujuan menyebarkan informasi dan pandangan mengenai dunia yang sedang berjalan dan mendorong pencarian dan kreasi bentuk-bentuk kehidupan alternatif yang baru.
Reklamasi pantai adalah mega proyek yang mulai berlangsung sejak awal 90-an dan hingga kini masih terus berlangsung di sepanjang pesisir teluk Manado. Penimbunan lahan untuk dijadikan kawasan mega bisnis yang ditandai dengan berdirinya kuil-kuil belanja dan menjamurnya industri perbankan serta beragam tempat hiburan untuk para pekerja yang kelelahan. Luas lahan yang ditimbun di areal reklamasi mencapai hingga ribuan hektar yang disebar kepada beberapa pengembang besar.
Comrade Reyhard Rumbayan (Eat), a member of Long Live Luciano Tortuga Cell – FAI Section Indonesia sends personal notes from behind the prison bars to become the property of all those who long for freedom themselves.
[a note from NEGASI: Since 2009, the resistance to coastal reclaimation in Manado Bay has escalated. On the front line of these actions are the traditional fisherfolk from different communities along Manado Bay. After the actions of fisherfolk from Sario Tumpaan and people from Kalasey beach, now the fisherfolk of Malalayang II are also showing their resolve to resist.]
