Surat ini aku tulis dari dalam sel isolasi; 30 hari terkurung dalam sel isolasi adalah harga yang harus ku bayar untuk penolakan menjual harga diri dan mematuhi penghinaan dari penggeledahan total tubuh, yang berlangsung selama 5 menit.
Aku tidak menyesali keputusan yang telah diambil. Aku tidak akan berkompromi dengan sipir penjara. Aku tidak akan menukar penolakan ini dengan ‘kehangatan’ sel standar dan ‘kebebasan’ diantara populasi penjara umum.
Aku tidak ingin menjadi tahanan yang tunduk terhadap layanan penjara, dipaksa ‘tenang’ dalam menjalani hukumannya, halusinasi yang disebabkan oleh pil-pil gila, yang membuat aku kelihatan sebagai ‘tahanan tua’ terhadap tahanan yang baru datang.
Di penjara, aku melihat gurun dengan populasi tahanan yang sangat padat. Sama seperti ketika aku masih bebas, sekarang setelah berada dalam kurungan dinding-dinding ini aku tetap menolak bentuk masyarakat yang dibangun dengan cara menghancurkan ‘ego’, meniru berhala palsu dengan menghapus yang asli, dan bertahan dengan mengikuti konvensi tersebut. Aku menolak menjadi orang kesepian yang memakai wajah palsu karena tidak mempunyai jiwa di dalamnya. Aku tetaplah teman, kamerad, dan manusia yang bersama semua perempuan dan laki-laki yang menjaga api terus menyala. Dengan semua perempuan dan laki-laki yang memilih jalan serigala yang berbahaya daripada padang rumput penuh dengan domba.
Ketika semua itu mengarah kepada kita semua, para anarkis praksis, penjara tidak akan pernah menjadi ‘hukuman’ yang cukup. Untuk itu, hukuman disiplin, transfer, dan sel isolasi tidak akan berarti apa-apa.
Sel isolasi adalah penjara di dalam penjara. Selama 24 jam kau dikurung dengan tempat tidur, toilet, dan kamera pengintai (yang akhirnya berhasil kututupi dengan selembar kain).
Di dalam sini, pacarmu hanyalah pikiran dan kenangan. Di dalam sini, hari dan waktu serasa di eliminasi, hilang, mati, saling menekan satu sama lainnya.
Tetapi selama 30 hari masa kurungan, aku tidak dibiarkan sendiri. Aku punya beberapa pengunjung aneh dan menarik yang ‘diselundupkan’ ke dalam sel, untuk memecahkan isolasi.
Ada suara indah dari tembakan senjata yang dilakukan oleh Sel Olga FAI/IRF terhadap bajingan perusahaan nuklir Adinolfi (saudaraku, aku berterima kasih atas senyum yang kalian hadiahkan kepadaku), suara unik dari ANFO dan ledakan dinamit di Ekuador, di Bolivia (kekuatan untuk kamerad-kamerad yang ditangkap di sana), di Peru, kabar menyenangkan dari saudara saya Eat dan Billy di Indonesia, (Eat, kata-kata dalam suratmu memberikan saya keberanian dan kekuatan), pembakaran oleh anggota baru dari Conspiracy Cells of Fire FAI/IRF – Yunani (dengan keinginan dan aksi kalian, kalian menunjukkan bahwa semua ini belum berakhir), teriakan slogan-slogan dan suara solidaritas orang-orang di luar penjara Daviata, dimana aku ditahan; gerakan substansi, teks-teks, poster-poster, sabotase (di Volos), pembakaran, sebuah frase yang terus terukir di pikiran dan hati saya dengan warna yang tidak akan bisa dihapus: ‘SOLIDARITAS di antara anarkis praksis bukan hanya sekedar kata-kata’.
Olga Ekonomidou
anggota Conspiracy Cells of Fire – FAI/IRF periode pertama
Menjalani 30 hari di dalam sel isolasi tidak akan membuat serigala betina di dalam diriku tidur, tidak akan pernah kompromi, tidak akan pernah memaafkan.