Anarkis dan Nelayan Tradisional Menolak Reklamasi, 2 Orang Diculik Polisi

Catatan dari NEGASI: Sejak tahun 2009, eskalasi penolakan reklamasi pantai di Teluk Manado semakin menguat. Garis depan dari aksi ini adalah nelayan tradisional yang tersebar di beberapa titik di sepanjang pantai Teluk Manado. Selain nelayan di pantai Sario Tumpaan, masyarakat di pesisir pantai Kalasey dan kini nelayan yang berada di pantai Malalayang II juga gigih melakukan penolakan.

4 Mei 2012

Sejak pagi hari sekitar pukul 08.00, nelayan mendapatkan kabar bahwa penimbunan tanah di petak lahan yang dimiliki oleh seorang dokter bernama Awalui sudah melebar hingga mengarah ke penimbunan pantai. Para nelayan yang berbondong-bondong ke lokasi segera mendapati bahwa aksi tersebut mendapat dukungan dari preman dan pihak Kepolisian Sektor (Polsek) Malalayang.

Pukul 11.00 siang, seruan solidaritas segera disebarkan kepada sahabat seperjuangan lain. Beberapa anarkis juga ikut terlibat.

Di lokasi kejadian, tampak batu-batu berukuran raksasa yang sudah berada di bibir pantai. Penghentian aktifitas penimbunan segera dilakukan oleh nelayan tradisional dari Malalayang II dengan mereka yang ikut datang bersolidaritas. Merasa kalah jumlah, preman yang disewa oleh pemilik memilih menjaga jarak dengan nelayan dan pihak Kepolisian yang ganti maju menghadapi massa. Negosiasi ditawarkan oleh pihak Polsek yang kemudian gagal terjadi karena tuntutan tunggal para nelayan untuk penghentian segera aktifitas penimbunan.

Sekitar pukul 03.00 sore hari, aktifitas penimbunan akhirnya berhenti. Mesin penggeruk dan truk pengangkut material segera menjauh dari lokasi sementara nelayan tetap berjaga di area pantai sekitar lokasi penimbunan.

Pukul 05.00 sore, nelayan membubarkan diri setelah alat berat dan truk pengangkut benar-benar pergi dari lokasi penimbunan. Suasana masih cukup tegang karena isu mengenai serangan balasan yang akan dilakukan oleh para preman sewaan pemilik lahan.

5 Mei 2012

Sekitar pukul 11.00 siang hari, nelayan yang sedang melaut melihat bahwa truk pengangkut material berupa batu dan tanah serta alat berat sudah kembali beraktifitas. Pengecekan segera dilakukan oleh nelayan lain namun tidak dihentikan karena aktifitas tersebut masih di dalam batas tanah yang dimiliki oleh pemilik lahan. Penimbunan material berlangsung hingga sore hari.

Saat hari sudah malam, nelayan yang sedang berkumpul dan beristirahat mendapatkan kabar bahwa penimbunan pantai kembali dilakukan. Material yang ditimbun saat pagi hingga sore ternyata disiapkan untuk penimbunan pantai saat malam.

Sekitar pukul 20.00 malam, nelayan segera berkumpul dan bergerak menuju lokasi penimbunan. Mendapati bahwa aktifitas penimbunan pantai benar dilakukan oleh alat berat, nelayan segera menyerukan penghentian. Merasa tidak ditanggapi karena penimbunan batu dan tanah terus berlangsung, nelayan memilih menyerang dengan menggunakan batu yang ada di sekitar pantai. Alat berat yang digunakan untuk melakukan penimbunan menjadi sasaran nelayan.

Mendapat serangan, preman dan pihak kepolisian segera kembali melakukan teror balik terhadap para nelayan. Karena kalah jumlah, preman dan polisi memilih mundur.

Aktifitas penimbunan terhenti sekitar pukul 21.30 malam, namun nelayan enggan bergeser dari lokasi karena mencurigai bahwa aktifitas akan tetap dilangsung jika tidak dijaga.

Pukul 23.30, sekelompok polisi bersenjata lengkap datang dan menculik paksa seorang nelayan yang dituduh sebagai pemimpin dan provokator dalam serangan yang terjadi sebelumnya. Penangkapan yang tiba-tiba ini segera direspon dengan menyebarkan berita solidaritas.

Seluruh nelayan dari Malalayang II ditambah dengan mereka yang bersolidaritas segera mengepung kantor Polsek Malalayang, tempat di mana salah seorang kawan mereka ditangkap. Beberapa hal semakin jelas, bahwa penangkapan tersebut ilegal dan tanpa surat resmi. Salah seorang nelayan lain juga ikut ditangkap saat ikut melakukan aksi pengepungan kantor Polsek dengan tuduhan menjadi provokator.

6 Mei 2012

Pukul 01.00 dini hari, jumlah massa semakin meningkat. Ketegangan juga terasa meninggi karena terlihat bahwa preman-preman terlihat duduk berkelompok dengan polisi-polisi yang sudah mabuk. Beberapa nelayan yang marah segera menuntut agar kedua kawan mereka segera dibebaskan.

Kondisi semakin memanas ketika beberapa polisi terlibat adu mulut dengan para nelayan dan mereka yang datang bersolidaritas. Salah seorang peserta pengepungan sempat diancam dengan senjata oleh salah seorang polisi sebelum akhirnya ketegangan berhasil diredakan oleh kabar bahwa kedua orang yang ditangkap akan segera dibebaskan.

Dini hari pukul 03.00, semua yang tertangkap segera dibebaskan setelah menjalani rangkaian interogasi ilegal oleh polisi. Massa segera mengkhiri aksi pengepungan dan membubarkan diri.

Pukul 09.30, segera dilakukan koordinasi antara nelayan di Malalayang II dengan kelompok nelayan lain dalam rangka menyusun rencana, melakukan analisis serta menggalang solidaritas yang lebih luas untuk menghadapi kemungkinan aksi balasan dari preman dan polisi.

PANJANG UMUR PERJUANGAN NELAYAN TRADISIONAL MENOLAK REKLAMASI PANTAI !!!
PANJANG UMUR AKSI LANGSUNG DAN SOLIDARITAS HORIZONTAL !!!

This entry was posted in Komunike Internal and tagged , , , , . Bookmark the permalink.